Tuesday, November 5, 2013

Wawasan Pertama Dari Sepuluh Wawasan Dalam Manuskrip Celestine

*Jika penasaran dan ingin tahu isinya, tapi anda malas membaca, langsung baca di bagian sub-bab "Kesimpulan" saja ...


Sekilas Mengenai Manuskrip Celestine


Manuskrip Celestine berasal dari sekitar 600 tahun SM, berisi ramalan tentang suatu transformasi massal di dalam masyarakat manusia. Di mana ada semacam kebangkitan dalam kesadaran, yang berlangsung secara perlahan. Tidak bersifat agamawi, melainkan secara spritual. Kita tengah menemukan sesuatu yang baru tentang kehidupan manusia di planet ini, tentang makna eksistensi kita. Pengetahuan ini akan mengubah hikayat manusia secara dramatis.
Manuskrip meramalkan, segera setelah kita mencapai massa yang kritis ini, seluruh budaya akan mulai memandang secara sungguh-sungguh peristiwa-peristiwa kebetulan ini. Kita akan bertanya-tanya, di dalam massa, proses gaib mana yang mendasari kehidupan manusia di planet ini. Dan pertanyaan inilah, manakala diajukan pada saat bersamaan oleh cukup banyak orang, yang akan memungkinkan wawasan-wawasan lain juga muncul di dalam kesadaran—sebab  menurut Manuskrip—bila terdapat cukup banyak individu yang secara sungguh-sungguh mempertanyakan apa yang terjadi di dalam hidup ini, wawasan-wawasan lain akan dibukakan satu demi satu. Bila kita menangkap makna wawasan-wawasan yang lain, kebudayaan akan bergeser.
Hal ini tentu saja terdengar terlalu canggih untuk manuskrip yang ditulis 600 tahun SM, terutama karena manuskrip itu ditulis dalam bahasa Aramaic yang digunakan pula dalam kebanyakan Perjanjian Lama.
Namun demikian, Manuskrip Celestine sesungguhnya tidak melemahkan prinsip gereja atau agama mana pun. Bila terdapat perbedaan, Manuskrip ini justru memperjelas secara tepat apa maksud kebenaran-kebenaran spritual ini karena Manuskrip ini memberikan pencerahan dan memberikan pengetahuan spritual—di samping iman yang kita miliki—tentang peran manusia yaitu untuk berpartisipasi di dalam kosmos serta menyampaikan kebenaran yang akan membebaskan Anda dari status quo, garis-garis otoritas dunia.
Manuskrip ini terbagi ke dalam segmen-segmen atau bab, masing-masing diperuntukkan bagi suatu wawasan khusus tentang hidup. Manuskrip itu meramalkan bahwa dalam suatu periode waktu ini, manusia akan mulai memahami wawasan ini secara berurutan, yang satu mengikuti yang lain, sementara kita bergerak dari tempat kita berada sekarang ini ke arah budaya yang sepenuhnya bersifat spritual di bumi.
Wawasan-wawasan ini harus diperoleh satu demi satu. Dan Anda harus yakin bahwa masing-masing wawasan akan menghadirkan diri kepada Anda.


Walaupun agak sulit dan rumit untuk dijelaskan namun secara sederhana, Wawasan Pertama dirumuskan demikian : Wawasan Pertama terjadi bila kita sadar akan peristiwa-peristiwa kebetulan di dalam hidup kita”.
Pernahkah Anda punya firasat atau intuisi mengenai sesuatu yang ingin Anda lakukan? Arah yang ingin Anda tempuh dalam hidup? Dan terheran-heran bagaimana mungkin itu terjadi? Kemudian, setelah agak lupa tentangnya dan pikiran terpusat ke hal-hal lain, Anda tiba-tiba saja bertemu seseorang atau membaca sesuatu atau pergi ke tempat yang justru menuntun Anda ke arah kesempatan yang pernah Anda impikan?
Misalnya, Anda tengah memikirkan tentang seseorang. Seseorang itu kerap muncul di pikiran Anda walaupun Anda sudah atau sedang mengerjakan sesuatu—termasuk bila hendak mengenyahkan orang itu dari benak Anda—tetap saja orang selalu yang muncul. Kemudian tiba-tiba Anda mendapat tugas ke luar kota dari kantor tepat di kota di mana orang itu tinggal. Lalu Anda bertanya-tanya kenapa sepertinya sangat kebetulan sekali semua ini bisa terjadi? Setelah tiba di kota yang dimaksud, akhirnya Anda memutuskan untuk mencoba menelpon orang itu. Namun tidak disangka-sangka respon orang itu sangat di luar perkiraan karena rupanya orang itu pun berpikiran sama seperti Anda tentang Anda. Mungkinkah ini suatu kebetulan semata?
Pertemuan yang terjadi secara kebetulan sering mempunyai arti yang lebih dalam. Ini bisa terjadi begitu kita bersiaga dan terhubung dengan energi. Dijelaskan dalam Manuskrip bahwa peristiwa-peristiwa kebetulan tersebut terjadi lebih kerap lagi dan, ketika terjadi, kita merasa hal itu melampaui apa yang bisa diharapkan oleh suatu kebetulan murni. Kebetulan-kebetulan itu serasa telah dibimbing oleh kekuatan yang tidak bisa dijelaskan. Pengalaman ini menumbuhkan perasaan akan misteri dan kegembiraan, dan sebagai akibatnya kita merasa lebih hidup. Inilah pengalaman yang telah kita cerap selintas dan bahwa kini kita mencoba mewujudkannya sepanjang waktu. Setiap hari bertambah banyak orang yang yakin bahwa gerakan misterius ini nyata dan mengandung arti dan bahwa di balik kehidupan sehari-hari berlangsung sesuatu yang lain. Kesadaran inilah WAWASAN PERTAMA.

Wawasan Pertama: Kesadaran Tentang Peristiwa Kebetulan vs Kebiasaan Cara Berpikir


Apa yang dikatakan dalam Wawasan Pertama ini bukanlah hal yang baru karena di sepanjang sejarah, manusia telah menyadari berbagai peristiwa kebetulan yang tidak bisa dijelaskan itu dan ini telah menjadi persepsi di balik upaya raksasa filsafat dan agama. Transformasi itu kini tengah berlangsung berkat sejumlah individu-individu yang menjalani kesadaran ini pada saat yang bersamaan.
Pengalaman adalah bukti. Bila kita benar-benar merenungkan bagaimana perasaan batin kita, bagaimana hidup kita menapak maju pada titik ini di dalam sejarah, kita dapat melihat bahwa ide-ide di dalam Manuskrip masuk akal dan benar adanya. Bukankah semuanya masuk akal adanya? Setiap kegelisahan yang ada, apakah kegelisahan itu berasal dari wawasan sederhana bahwa dalam hidup ini terdapat lebih banyak lagi daripada yang kita ketahui, daripada yang kita alami? Hal ini pastilah memerlukan waktu.
Wawasan Pertama merupakan kesadaran tentang peristiwa-peristiwa kebetulan yang misterius yang mengubah hidup seseorang, perasaan bahwa suatu proses yang lain tengah berlangsung. Yang perlu kita lakukan ialah mengamati setiap peristiwa dengan teliti.
Tidak sesuai dengan akal sehat di jaman modern ini, bukan? Akankah Anda merasa lebih baik bila mengesampingkan seluruh ide itu dan kembali berpikir tentang hal-hal yang praktis? Nah, itu adalah kecenderungan hampir setiap orang masa kini. Bahkan meskipun kadang-kadang kita mempunyai wawasan yang jernih bahwa sesuatu yang lebih sedang bergulir di dalam hidup, kebiasaan cara berpikir ialah menganggap ide semacam itu tak terselami dan kemudian mengibaskan sama sekali kesadaran tersebut.

Ketika Transformasi Mencari Bentuknya


Transformasi dimulai dengan Wawasan Pertama di mana pada awalnya wawasan ini senantiasa muncul ke permukaan secara tidak sadar, sebagai kegelisahan yang mendalam. Pertama-tama kita tidak yakin. Menurut Manuskrip, kita mulai melihat sekilas semacam pengalaman alternatif—momen-momen di dalam hidup kita yang entah bagaimana terasa berbeda, lebih intens, dan membangkitkan semangat. Tetapi kita tidak tahu apa sebetulnya pengalaman ini, atau bagaimana membuatnya bertahan, dan bila berakhir, kita merasa tidak puas dan gelisah dengan hidup yang kembali tampak biasa.
Kita semua tengah mencari pemenuhan yang lebih utuh di dalam hidup kita, dan kita tidak akan tahan dengan apa pun yang tampaknya akan membawa kita turun. Pencarian yang gelisah ini ialah apa yang ada di balik sikap “me-first—aku paling dulu” yang merupakan ciri dekade belakangan ini dan mempengaruhi setiap orang, dari Wall Street sampai kelompok geng jalanan.
Mengingat kebanyakan penyakit masyarakat belakangan ini dapat dilacak bersumber pada pencarian dan kegelisahan ini, problem ini bersifat sementara, dan akan sampai pada akhirnya. Kesudahannya, kita akan sadar mengenai apa yang sebenarnya kita cari, apa sebetulnya pengalaman lain yang lebih mengisi ini. Bila kita menangkapnya secara penuh, kita akan menguasai WAWASAN PERTAMA.


Kesimpulan

Pertama kali yang ingin saya sampaikan, bahwa di sini saya membahas tentang artikel ini bukan untuk menjunjung suatu ajaran/ teori tertentu, namun saya hanya mengambil inti dan ilmunya saja, serta menilainya secara obyektif. Kita bisa mengambil/ mempelajari sesuatu jika memang itu bersifat positif dan yang terpenting adalah tidak menyimpang dari ajaran agama. Dan di sini saya hanya mengambil sisi positifnya saja sebagai bahan pembelajaran maupun dijadikan sebuah renungan.

Jadi, dari berbagai uraian di atas mengenai wawasan pertama, yaitu tentang sebuah 'kebetulan', dapat kita simpulkan bahwa tidak ada yang namanya peristiwa 'kebetulan' di jagad raya ini. Contohnya, jika suatu hari kita mengalami suatu hal yang tidak kita duga (atau bahkan sepertinya mustahil terjadi) lalu dalam hati kita berkata "loh, kok bisa ya? pasti cuma kebetulan ....", "kok aku bisa ketemu dia lagi sih? mungkin cuma kebetulan ...", " ... kebetulan tadi ketemu sama si... ", " ... dari kemarin dia kok sering ngelihatin aku terus sih? ini cuman kebetulan atau mungkin dia memang suka denganku ya? " ... ah, nggak mungkin, ini mesti cuma kebetulan", dsb. Sebetulnya kejadian/ prasangka seperti itu tadi yang oleh mayoritas masyarakat sering menyebut 'kebetulan' itu bukan merupakan suatu kebetulan seperti apa-yang telah mereka maksud. Karena kita pun juga tahu, bahwa seluruh pengalaman hidup maupun jalan hidup seseorang di dunia ini sudah ditetapkan serta diatur oleh Allah, mulai dari lahir hingga meninggalnya seseorang tersebut. Maka tidak sepantasnya bagi kita mengucapkan kata 'kebetulan' pada suatu peristiwa yang padahal peristiwa tersebut memang sudah dipersiapkan, diatur, dan ditakdirkan oleh Allah, hanya saja manusia yang memang tidak mengetahui/ menyadarinya. Sehingga menyebut peristiwa tersebut sebagai suatu kebetulan, padahal jelas-jelas 'kebetulan' itu tidak ada.

Oleh karena itu mulai sekarang buanglah jauh-jauh kata 'kebetulan' dari kamus diri anda. Percayalah serta bersikap husnudzan terhadap setiap peristiwa apapun yang terjadi, karena kejadian-kejadian tersebut memang sudah merupakan ketentuan Allah, dan pasti selalu ada hikmah dibalik setiap peristiwa/ kejadian-kejadian tersebut.



Cukup sekian, mohon maaf jika terdapat salah penulisan kata dan kata yang kurang berkenan. Saya ucapkan terima kasih dan semoga bisa bermanfaat.

No comments:

Post a Comment