Monday, July 14, 2014

Malam Terakhir

Alhamdulillah... :)

Dan keriuhan pada malam hari ini pun ditutup dengan saling memberikan kesan & pesan kepada teman2 SEPATU, bertukar kado silang, dan kemudian dilanjut dengan foto bersama :) . . .

Terima kasih juga kepada teman-teman yang telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk acara pada malam hari ini.

Saturday, February 15, 2014

#1 Inikah Kita ?

Suatu ketika, terdapat seorang pemuda yang tidak diketahui namanya, termasuk identitasnya. Jangankan orang lain, dia pun tak tahu siapa dirinya sebenarnya. Berlatarkan di tengah jalan kampung, sedikit hujan, dan rembulan yang menyinari gelapnya malam. Dan dia tidak sedang sendirian.

       "Aku ini siapa? Lho, memangnya siapa diriku yang sebenarnya selama ini? Lalu apa yang ada di dalam raga ini? Dan siapa orang yg berdiri di depanku saat ini?" - Pemuda

Friday, February 14, 2014

Project "Blue Beam", Skenario Menuju New World Order




PENGERTIAN
Project Blue Beam adalah proyek rahasia yang melibatkan NASA dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.



Terdiri dari sebuah rencana yang melibatkan empat langkah untuk menciptakan sandiwara-buatan mengenai “Kedatangan Kedua Yesus/Isa A.S ke bumi” (second coming of Jesus/ Isa A.S) untuk mendirikan sebuah “satu agama dunia” yang dikendalikan oleh Tatanan Dunia Baru.

Pertama kali dilaporkan ke publik pada tahun 1994 oleh Serge Monast, seorang wartawan Canada.


                 Serge Monast
Serge Monast dan teman wartawannya, keduanya meneliti Project Blue Beam, meninggal karena “serangan jantung” dalam selang beberapa minggu satu sama lainnya, meskipun keduanya tidak memiliki catatan memiliki penyakit jantung.

Saat itu Serge sedang berada di Kanada. Wartawan Kanada temannya sedang berkunjung Irlandia.

Sebelum kematiannya, pemerintah Kanada menculik putri Serge dalam upaya mencegahnya untuk terus melakukan penelitian Project Blue Beam. Hingga kini, putrinya tidak pernah kembali.



PROJECT BLUE BEAM of NASA:


*

Friday, November 29, 2013

Tidak Ada..

Tidak Ada..
Cerpen by Vandy Achmad Y.

               
              Lagi, lagi-lagi sunyi, senyap, tak bersuara, tak bernyawa. Kosong, iya... kosong hanya ada kehampaan tanpa warna, tanpa rasa, tanpa bentuk. Jika ada warnanya, bila berasa, mungkin aku tak akan seperti ini. Meski biru, meskipun pahit, itu lebih baik dari abu-abu dan jauh lebih baik dari hambar. Aku ingin... aku ingin mataku tuk dapat melihat warna, hidungku tuk dapat membau, telingaku tuk dapat mendengar, dan... dan hatiku tuk dapat merasa... merasakan sesuatu selain kehampaan.

              Arrrrgghh.... tak adakah... tak adakah warna yang ditujukan untukku, tak adakah suara yang diperdengarkan untukku, tak adakah sebuah rasa.. sebuah rasa yang dapat kurasakan. Sampai kapankah aku akan berdiri sendiri, sampai kapankah aku akan menatap pemandangan yang sama ini tanpa ada perubahan? Selalu sama. Tak berubah.

Tuesday, November 5, 2013

Wawasan Pertama Dari Sepuluh Wawasan Dalam Manuskrip Celestine

*Jika penasaran dan ingin tahu isinya, tapi anda malas membaca, langsung baca di bagian sub-bab "Kesimpulan" saja ...


Sekilas Mengenai Manuskrip Celestine


Manuskrip Celestine berasal dari sekitar 600 tahun SM, berisi ramalan tentang suatu transformasi massal di dalam masyarakat manusia. Di mana ada semacam kebangkitan dalam kesadaran, yang berlangsung secara perlahan. Tidak bersifat agamawi, melainkan secara spritual. Kita tengah menemukan sesuatu yang baru tentang kehidupan manusia di planet ini, tentang makna eksistensi kita. Pengetahuan ini akan mengubah hikayat manusia secara dramatis.
Manuskrip meramalkan, segera setelah kita mencapai massa yang kritis ini, seluruh budaya akan mulai memandang secara sungguh-sungguh peristiwa-peristiwa kebetulan ini. Kita akan bertanya-tanya, di dalam massa, proses gaib mana yang mendasari kehidupan manusia di planet ini. Dan pertanyaan inilah, manakala diajukan pada saat bersamaan oleh cukup banyak orang, yang akan memungkinkan wawasan-wawasan lain juga muncul di dalam kesadaran—sebab  menurut Manuskrip—bila terdapat cukup banyak individu yang secara sungguh-sungguh mempertanyakan apa yang terjadi di dalam hidup ini, wawasan-wawasan lain akan dibukakan satu demi satu. Bila kita menangkap makna wawasan-wawasan yang lain, kebudayaan akan bergeser.
Hal ini tentu saja terdengar terlalu canggih untuk manuskrip yang ditulis 600 tahun SM, terutama karena manuskrip itu ditulis dalam bahasa Aramaic yang digunakan pula dalam kebanyakan Perjanjian Lama.
Namun demikian, Manuskrip Celestine sesungguhnya tidak melemahkan prinsip gereja atau agama mana pun. Bila terdapat perbedaan, Manuskrip ini justru memperjelas secara tepat apa maksud kebenaran-kebenaran spritual ini karena Manuskrip ini memberikan pencerahan dan memberikan pengetahuan spritual—di samping iman yang kita miliki—tentang peran manusia yaitu untuk berpartisipasi di dalam kosmos serta menyampaikan kebenaran yang akan membebaskan Anda dari status quo, garis-garis otoritas dunia.
Manuskrip ini terbagi ke dalam segmen-segmen atau bab, masing-masing diperuntukkan bagi suatu wawasan khusus tentang hidup. Manuskrip itu meramalkan bahwa dalam suatu periode waktu ini, manusia akan mulai memahami wawasan ini secara berurutan, yang satu mengikuti yang lain, sementara kita bergerak dari tempat kita berada sekarang ini ke arah budaya yang sepenuhnya bersifat spritual di bumi.
Wawasan-wawasan ini harus diperoleh satu demi satu. Dan Anda harus yakin bahwa masing-masing wawasan akan menghadirkan diri kepada Anda.