Monday, November 4, 2013

Mengenal Bahasa Asli Malang / Osob Kiwalan Kera Ngalam (Boso Walikan Arek Malang) / Bahasa Kebalikan

Sejarahnya
Osob kiwalan kera ngalam (bahasa Kebalikan Arek Malang) berasal dari pemikiran para pejuang tempo doeloe yaitu kelompok Gerilya Rakyat Kota (GRK). Bahasa khusus ini dianggap perlu untuk menjamin kerahasiaan, efektifitas komunikasi sesama pejuang selain juga sebagai pengenal identitas kawan atau lawan. Metode pengenalan ini sangat penting karena pada masa Clash II perang kemerdekaan sekitar akhir Maret 1949 Belanda banyak menyusupkan mata-mata di dalam kelompok pejuang Malang. Mata-mata ini banyak yang mampu berkomunikasi dalam bahasa daerah dengan tujuan menyerap informasi dari kalangan pejuang GRK. penyusupan ini terutama untuk memburu sisa laskar Mayor Hamid Rusdi yang gugur pada 8 Maret 1949 dalam pertempuran dukuh Sekarputih (Desa Wonokoyo sekarang).

Seorang tokoh pejuang Malang pada saat itu yaitu Pak Suyudi Raharno mempunyai gagasan untuk menciptakan bahasa baru bagi sesama pejuang sehingga dapat menjadi suatu identitas tersendiri sekaligus menjaga keamanan informasi. Bahasa tersebut haruslah lebih kaya dari kode dan sandi serta tidak terikat pada aturan tata bahasa baik itu bahasa nasional, bahasa daerah (Jawa, Madura, Arab, Cina) maupun mengikuti istilah yang umum dan baku. Bahasa campuran tersebut hanya mengenal satu cara baik pengucapan maupun penulisan yaitu secara terbalik dari belakang dibaca kedepan.

Karena keakraban dan pergaulan sehari-hari maka para pejuang dalam waktu singkat dapat fasih menguasai 'bahas' baru ini. Sedangkan lawan dan para penyusup yang tidak setiap hari bergaul dengan sendirinya akan kebingungan dan selalu ketinggalan istilah2 baru. Maka siapapun yang tidak fasih mempergunakan osob AREMA ini pasti bukan dari golongan pejuang dan pendukungnya, sehingga kehadiran para penyusup dapat diketahui dengan cepat serta rahasia komunikasi tetap terjaga.

Karena bahasa ini sangat bebas dan longgar aturannya maka kemungkinan pengembangannya sangat luas untuk itu perlu disepakati beberapa istilah penting dikalangan pejuang. Kesepakatan istilah ini diperlukan juga karena banyak kata penting sulit untuk dibaca terbalik sehingga harus dicari istilah dan padanan yang sesuai namun mudah diingat oleh para pelakunya. Contohnya kata 'Belanda' dalam bahasa Jawa disebut 'Londho' yang cukup sulit dibaca terbalik, maka dicari istilah padanannya yaitu 'Nolo'. Demikian juga dengan 'Polisi' bukan menjadi 'Isilop' namun cukup 'Silop'. Kemudian untuk 'mata-mata' bila dibaca terbalik menjadi 'atam'. Namun untuk menentukan bahwa yang dimaksud dalam istilah tersebut adalah antek Belanda maka ditambahi kata 'keat' dari asal kata 'taek' yang dalam bahasa jawa berarti kotoran. 'Keat Atam' atau kotoran mata dalam bahasa jawa disebut 'ketek' adalah sebutan yang pas untuk para penyusup ini.

Begitu juga dengan nama peralatan perang seperti senjata genggam karena sulit menemukan istilah yang pas maka dipakai kode samaran 'Benduk' dan untuk laras panjang (dowo = panjang dalam bahasa Jawa) disebut 'benduk owod' atau disingkat 'owod' saja. Sedangkan untuk menunjuk masyarakat suku / etnik tertentu disebut 'onet' untuk golongan Cina (asal kata 'cino' dalam bahasa Jawa), 'arudam' untuk madura, 'arab' menjadi 'bara' dan seterusnya. Sedang untuk menyebut diri seseorang digunakan 'uka' = aku, 'ayas' = saya, 'umak' = kamu, 'okir' = riko (kamu dalam bahasa madura).

Sedangkan untuk menyebutkan sesuatu yang baik / bagus digunakan istilah 'nez' dari asal kata bahasa arab 'zen'. Begitu pula dalam menyebut orang tua laki-laki (ayah, Bapak) orang arab biasa menyebut dengan 'abah' atau 'sebeh' yang kemudian menjadi 'ebes'. Istilah 'ebes' kemudian menjadi populer ditujukan sebagai gelar kehormatan tidak resmi kepada para komandan, pemimpin atau pembesar dan pemuka masyarakat yang dituakan oleh segenap masyarakat Malang sampai sekarang.

Suyudi Raharno pada September 1949 gugur disergap Belanda di suatu pagi buta dipinggiran wilayah dukuh Genukwatu (Purwantoro sekarang) walaupun keadaan pada saat itu sedang gencatan senjata. Seminggu sebelumnya salah seorang kawan akrabnya yang turut mencetuskan 'osob kera ngalam' yaitu Wasito juga gugur dalam pertempuran di Gandongan (Pandanwangi) sekarang. Saat ini keduanya telah disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Suropati - Jalan Veteran Malang.




Fakta tentang bahasa malangan
Bahasa Malangan mempunyai dua pilar utama, yaitu Bahasa khas Malang atau Malang People Dialect atau Osob Ngalam. satu pilar lagi adalah BAHASA WALIKAN Malang (kata yang cara mengucapkanya dibalik) atau Osob Kiwalan. Ibarat teh anget, keduanya menyatu – tak terpisahkan antara air hangat dengan teh. Menjadi tanpa batas lagi ketika “diaduk” dalam pemakaian berbahasa, baik dalam bahasa ujar maupun bahasa tulis.

fakta mencengangkan dari osob kiwalan (bahasa kebalikan):

1. Awalnya dipakai pada jaman perjuangan, sejak penjajahan Belanda, para pejuang memakai kata sandi untuk berkomunikasi yang diharapkan penjajah dan anteknya tidak mengerti yang diperbincangkan. (baca sejarah)

2. Manjadi “trade mark” orang Malang, tidak ada duanya.

3. Sebagai penunjuk identitas dan kebanggan kalau ketemu orang Malang di seluruh dunia, atau minimal bagi orang yang pernah tinggal, sekolah atau bekerja di Malang. Mereka akan mencoba bertegur sapa dan menunjukan beberapa kosa kata yang mereka tahu, untuk membuka komunikasi.

4. Sebagai bahasa tingkat tinggi, untuk pejabat, businessman dan kaum profesional – apalagi bisa bahasa walikan, akan saling mendekatkan hubungan mereka untuk urusan bisnis dan masalah penting. Sama seperti orang melakukan pendekatan bisnis dengan rekanan melalui golf, fitness atau main tenis. Dengan memakai bahasa Walikan Malang (khusus kalau salah satu dari Malang atau bisa bahasa Malang). Apalagi kelau keduanya dari Malang – pasti tokcer.

5. Sebagai gejalah bahasa yang arbitrer tetapi tidak terbantahkan. Dasar penggunaan dan teknik membaliknya ada unsur kesewenang-wenangan (arbitrer), tetapi itulah yang menjadi ciri khas dan telah memasyarakat, maka kata itulah yang akhirnya menjadi populer dan dipakai umum.

6. Ada aturan baku (pakem), namun kaidah untuk dua konsonan seperti ng dan ny dihitung sebagai satu kata tetapi faktor alam telah mengarahkan pemakainya untuk membuat singkatan yang berbunyi. Kata yang tidak berbunyi lazim ketika dibalik, tidak dipakai atau diubah ke bunyi popular terdekat.

7. Kata yang dibalik tidak saja Bahasa Jawa (Bahasa Malang), tetapi juga bahasa Indonesia dan serapan dari bahasa lain (Bahasa Indonesia, Basa asing dan bahasa daerah lain) yang bisa dibalik.

8. Orang yang banyak berbicara dengan bahasa Walikan rata-rata adalah orang cerdas, karena sambil berbicara, pikiranya terus berputar, dengan cepat bisa menemukan kebalikan kata-kata yan akan diucapkan. Jika orang ingin lancar bicara dan memakai kata walikan yang umum, itupun juga tergolong cerdas – karena mengarahkan pembicaraan yang bermakna tetapi menyertakan kata yang dia hapal untuk dibalik dan bangga menyebutkanya.

9. Orang tua, pedagang, pemuda, pelajar anak kecil dan anak sekolah merasa senang mempunyai sebuah skill dan identitas khas jika bisa menyebutkan boso walikan.

10. Ada yang menyisipkan beberapa saja kata walikan dalam percakapan atau penuturan tertulis, tetapi ada yang sebagian besar semua kalimatnya terdiri dari boso walikan. Ada yang mengulang dengan kata biasa untuk memperjelas, tetapi ada yang nekad asal membalik kata walaupun terasa janggal dan tidak popular (mungkin belum lama di Malang?). Akan tetapi, semuanya itu tidak dilarang, yang penting happy dan fun.

Beberapa entri kata osob kiwalan
kata benda:
- adapes: sepeda
- rotom: motor
- libom: mobil
- utapes: sepatu
- landas: sandal
- soak: kaos

nama tempat:
- hamur: rumah
- ngalam: malang
- ayabarus: surabaya
- arudam: madura
- amalatok: kotalama
- onosogrem: mergosono
- nahelop: polehan
- rajajowas: sawojajar

nama makanan/minuman:
- oges: sego
- lecep: pecel
- ipok: kopi
- oskab: bakso
- senjem: menjes/sejenis tempe
- itor: roti

kata kerja:
- ngayambes: sembahyang
- rudit: tidur
- nakam: makan
- halokes: sekolah
- hailuk: kuliah
- ngalup: pulang
- ladub: budal/berangkat
- rekem: meker/mikir
- uklam: mlaku
- utem: metu
- kolem: melok/ikut
- helom: moleh/pulang

kata sifat/keterangan/predikat:
- tahes: sehat
- sinam: manis
- ewul: luweh/lapar
- kadit: tidak
- itreng: ngerti
- kipah: apik/bagus
- kewut: tuwek/tua
- ngewes: seweng/sinting
- licek: kecil
- nayamul: lumayan

kata sebutan:
- sam: mas/kakak/bro!
- ayas: saya
- umak: kamu
- kodew: wedok/cewek
- nganal: lanang/cowok
- ojob: bojo/pacar/pasangan hidup
- tenyom: monyet
- sukit: tikus
- nawak ewed: kawan dewe/dekat

kata tanya/sebut:
- orip: piro/berapa
- oyi: iyo/ya!



SUMBER

No comments:

Post a Comment